Rabu, 03 September 2014

Cerita Fiktif - Kasih Yang Tercapai Part 1


Kasih Yang Tercapai
Oleh :@oskar Tage
                Namaku Renata, Renata Citra Gunawan. Kegiatan sehari-hariku adalah menulis, menulis, dan menulis. Menulis adalah hobiku dan sudah banyak novel yang telah jadi namun ketika novel-novel tersebut ku kirim ke penerbit, entah mengapa penerbit selalu menolak hasil tulisanku. Namun penolakan yang terus ku terima tidak membuatku berhenti dalam menulis sebuah novel, ini semua karena cita-citaku menjadi seorang penulis sangatlah kuat dan termotivasi pula oleh sosok idolaku yakni Panji Wjijaya. Novel yang kali ini ku tulis berjudul Kasih Yang Tercapai , novel ini berkisahkan tentang aku dan Ryan. Ryan adalah sosok laki-laki yang idamanku, ia tak kalah tampat dengan penulis Panji Wijaya. Ketika novel yang kali ini ku tulis telah selesai aku ingin orang yang pertama mebaca novel ini adalah Ryan.
                Pagi yang cerah, suasana yang sejuk dan kicauan burung yang merdu membuat tidurku yang nyenyak terbangun dan menjadi lebih semangat dalam menjalani hari ini. Naskah pun selesai dan aku ingin menyerahkan naskah novel ini kepada Ryan agar ia menjadi pembaca novel ku yang pertama. Kami janjian di sebuah taman untuk bertemu dan membaca naskahnya. Dalam perjalanan jantungku terasa bergetar begitu kencang, aku selalu membayangkan bagaimana ketika nanti Ryan. “Ryan,, semoga kamu akan suka dengan novel ini dan mengerti apa maksud novel yang ku buat ini untuk kamu. Kalau kamu sudah mengerti, kamu akan jadi pacar aku deh” bayangku dalam dan berkata dalam hati ketika berada di angkutan umum. Sesampainya di taman aku telah melihat sosok Ryan yang sedang menungguku di bangku tepat di bawah pohon. Aku pun langsung menghampiri Ryan yang berada disana. Namun ketika ku ingin menghampiri Ryan, tiba-tiba datang sesosok wanita datang menghampiri Ryan dan memeluk Ryan. Lantas aku terkejut melihat pemandangan yang seperti itu, pemandangan yang jauh dari apa yang ku bayangkan, sontak aku menangis melihat kejadian itu. Aku pun segera pergi dari tempat itu dan mencoba menghilangkan semua bayangan yang ada dibenakku tentang Ryan. Aku kecewa dan sedih melihat kejadian tadi sontak ku lemparkan semua naskah yang ku bawa untuk Ryan.
                Sesampainya dirumah pada malam hari aku pun terus menangis dan terus mencoba menghilangkan bayangan tentang kejadian tadi. Beberapa saat kemudian terdengar suara ketukan dari pintu kamarku “Ren, boleh kakak masuk..?” Tanya Rini, kakakku. Namun aku tak menjawab pertanyaannya, kakakku langsung masuk dan menanyakan apa yang sedang terjadi kepadaku “kamu kenapa Ren? Apa yang sedang terjadi kepadamu?” aku pun tak mau menceritakan semua kejadian yang terjadi terhadapku. Mungkin karena ku tak menjawab pertanyaannya, ia sadar bahwa aku sedang tak ingin diganggu siapa pun dan ingin menyendiri.
                Keesokan harinya Rini memberitahukanku tentang sebuah lowongan di suatu perusahaan penerbitan yaitu Era Com sebagai editor. Sontak aku pun menolaknya karena editor merupakan pekerjaan yang sangat mudah bagi orang sepertiku, sementara keinginanku adalah menjadi seorang penulis.
“apa-apaan kak, masa aku jadi editor sih, aku kan maunya jadi penulis bukan editor” kataku kepada Rini.
“iya kakak tahu kamu ingin jadi penulis, tapi apa salahnya kalu jadi editor?” jawan Rini
“gak kak, editor sama penulis itu beda, pokoknya aku gak mau” sahut Rena.
Beberapa hari kemudian saat pagi hari yang dingin ditambah hembusan angin yang menggetarkan jiwa, tiba-tiba datang Rini kakakku dan berkata,
                “hey Ren, nih ada surat dari penerbit, baca nih udah 2 hari ada di kotak surat bukannya diambil”
                “hahh, penerbit? Aku kan gak ngirim naskah ke penerbit kak?” jawabku dengan heran
                “Udah baca aja, nih” pintanya sambil menyerahkan sepucuk surat kepadaku
Ternyata isi dalam surat itu adalah surat penerimaan kerjaku sebagai editor di Era Com.
                “apa kak? Aku diterima sebagai editor, kok bisa? Aku kan gak kirim lamaran” tanyaku penuh kebingungan.
                “iya itu aku yang kirimkan lamaran untukmu ke penerbit Era Com, habisnya kamu nolak terus sih, kalo gak kaya gini kapan kamu akan mau kerja Ren? Ya sudah pokoknya besok kamu datang ke kantor itu ok.” Jawabnya
                “tapi kan kak aku gak mau jadi seorang editor” kataku dengan penuh kesal
Keesokan harinya, aku pun harus bangun lebih pagi untuk segera berangkat ke kantor guna memenuhi wawancara kerja tersebut. Ketika dalam perjalanan dan ingin menyebrang jalan aku hampir ditabrak sebuah mobil sontak aku menjerit
“hehh kalau naik mobil yang bener dong? Bisa gak sih nyetir yang bener?” teriakku dengan penuh emosi. Namun aku terkejut ketika melihat orang yang ada di dalam mobil tersebut. Dia ternyata adalah Panji Wijaya seorang penulis idolaku. Lantas aku tersenyu dibuatnya.
Sesampainya di kantor itu, aku pun langsung duduk menunggu panggilan untuk wawancara. Namun ketika aku duduk di ruang tunggu, tiba-tiba orang-orang di sekitarku mentertawakan penampilanku, entah mengapa mereka semua tertawa. Mungkin ada yang aneh dengan baju yang ku kenakan karena saat itu aku datang ke kantor dengan berpakaian yang cukup santai dengan kaos ditambah kemeja dikeluarkan dan memakai celana jeans.
Datanglah seorang wanita dan memanggil namaku
“Renata Citra Gunawan, silahkan masuk”
“iya saya” jawabku sambil menunjuk jari dan mengikuti langkah wanita itu ke dalam sebuah ruangan.
Dan apa yang terjadi, ternyata orang yang mewawancaraiku adalah Panji Wijaya, seorang penulis terkenal yang ku idolakan selama ini. Aku pun langsung duduk setalh ia memintaku.
                “nama anda Renata Citra Gunawan?” Tanya sang bos sekaligus sang penulis idolanya
“iya pak nama saya Renata Citra Gunawan, Citra adalah nama ibu saya, Gunawan adalah nama almarhum ayah saya, dan Renata sendiri adalah nama saya pak” jawabku dengan ceria
“iya cukup, lalu apa saja pengalaman anda” Tanyanya lagi dengan serius
“hmm pengalaman ya… saya sudah banyak menulis novel pak dan teman-teman saya juga banyak yang menyukai tulisan saya pak” jawabku
“baik kalau begitu, mulai besok anda bekerja disini dan datang lebih pagi kaena anda saya terima” pintanya dengan senang hati.
“terima kasih banyak pak” kataku dan kemudian berpamitan keluar ruangan.
Mendapat penerimaan kerja seperti ini membuat ku cukup gembira karena tidak lagi harus meminta uang kepada kakakku Rini. Dalam perjalanan pulang aku terus tersenyum gembira karena dapat diterima walaupun hanya sebagai editor.
                “Mamah… mahhh… aku diterima kerja di perusahaan Era Com mah” teriakku dengan penuh semangat ketika sampai dirumah.
                “tuh kan pasti kamu diterima kerja disana, semangat yaa” kata ka Rini sambil tersenyum
                “iya kak makasih ya walaupun hanya sebagai editor” jawabku
                “sudah kamu jalani saja dulu” kata mamah memberi semangat.
Aku pun bingung besok mulai bekerja harus mengenakan apa, sementara aku tak punya pakaian kantoran, aku tak mau orang-orang mentertawakanku seperti tadi lagi. Aku pun meminjam baju dan sepatu kak Rini.
               
“Kringggggg… kriiiingg…”  suara alarm berbunyi nyaring bertanda sudah pagi
  Aku pun terbangun dan memulai aktifitas yang baru ini, aku memakai pakaian yang ku pinjam dari kak Rini. Aku tidak terbiasa memakai pakaian dress seperti ini dengan sepatu hak tinggi karena ini bukanlah cirri-ciriku. Dengan sangat terpaksa dan sangat susah dalam berjalan aku terus mencoba untuk berangkat ke kantor. Sesampainya di kantor aku berpapasan dengan Pak Panji, dia melihatku yang sedang terpeletot dengan sepatu hak tinggi ang ku pakai ini.
“gak nyaman kan?” sahut Mas Panji
“hmmm iya mas” jawabku
“besok-besok kalau gak nyaman gak usah dipakai, besok pakai jeans seperti biasa saja ya” pinta mas Panji dengan tersenyum.
“baik mas, kalau begitu”
Saat makan siang aku tak sengaja mendengarkan pembicaraan Mas Panji dengan salah seorang wanita yang aku sendiri tidak tahu itu siapa.
                “aku dengar kamu merekrut pegawai baru, benar?” Tanya sang wanita
                “iya benar, aku merekrut seorang editor namanya Renata Citra Gunawan” jawab Mas Panji
                “oh sampai hapal banget namanya, istimewa banget ya” kata wanita itu
“gak, bukannya gitu sin, abisnya dia tuh orangnya unik dan aneh, cocok dengan criteria editor yang sedang aku cari untuk mengedit drama komedy” jawab Mas Panji berusaha menjelaskan
“gitu ya, semoga saja drama komedynya gak berubah jadi drama romantic” sahut wanita itu dan langsung meninggalkan Mas Panji.
“sin, maksud kamu apa sin..?” Tanya Mas Panji
Belum pertanyaan itu terjawab, sang wanita segera pergi dari tempat itu.
Keesokan harinya ketika aku sampai di kantor dengan terburu-buru, aku tak sengaja menabrak seorang wanita dan kemudian ia memarahiku.
                “hati-hati dong kalo jalan, punya mata kan?” katanya dengan ketus
“yee kamu tuh yang gak punya mata nabrak orang malah marah-marah” jawabku
membela diri
                “kamu gak tahu siapa saya? Tanya wanita itu
                “tahu, kamu pasti orang baru yang mau melamar kerja disini kan?” jawabku meledek
“inget ya, aku Sinta, pemilik saham terbesar disini dan saya adalah bos anda, jangan macem-macem terhadap saya, ok!” jelasnya dengan sangat kesal
“mmm… maaf mba, maaf”, pintaku dengan hati deg-degan.
Setelah kejaidan itu aku pun langsung pergi kedalam kantor dan kembali mengerjakan tugasku sebagai editor. Namun beberapa saat kemudian tiba-tiba teman-teman pegawai menyerahkan begitu banyak naskah untuk segera diedit dan semua pekerjaan tersebut harus segera diselesaikan paling lambat 2 hari lagi. Aku pun pusing dibuatnya, begitu banyak naskah yang harus diselesaikan, belum lagi ada naskah yang harus diselesaikan esok hari, ini membuatku stress. Tetapi dengan tekad yang kuat aku harus mengerjakan pekerjaan ini dengan serius dan ikhlas. Hingga larut malam aku terus bekerja dan tanpa disengaja aku tertidur di meja kerjaku.
                “Ren, rena… bangun ren….” Sahut Mas Panji yang melihat ku tertidur
                “hhhh,, iya Mas, maaf saya ketiduran” jawabku dengan mata yang masih mengantuk
                “pulang sana Ren sudah malam, pekerjaanmu boleh dibawa pulang koq.” Kata Mas Panji
                “hhmmm baik Mas kalau begitu” jawabku kembali sambil membereskan semua pekerjaanku
                “saya duluan ya Ren” kata Mas Panji
                “iya mas” jawabku dengan senyum.
Melihat  jam menunjukkan pukul setengah 12, aku pun segera berjalan pulang, aku berjalan sambil menunggu datangnya sebuah ankutan umum yang biasa ku tumpangi, namun sejauh aku berjalan, tak ada satu pun angkutan yang lewat. Di malam yang larut dan sepi sunyi sepeti ini, tentunya sebagai seorang wanita aku pun merasa takut berjalan sendirian. Tiba-tiba lewatlah sebuah mobil dan berhenti di depanku, aku tidak mengetahui siapa yang ada di dalam sana.
Pembaca yang baik, tahukah kalian siapa orang yang berada di dalam mobil dan berhenti di depan Rena tersebut, apakah yang akan terjadi dengan Rena? Dan apakah dia akan baik-baik saja, tunggu kelanjutannya dalam Part 2 ok.

1 komentar:

  1. Play Online Slots For Real Money - Dr.CMD
    태백 출장마사지 btc-games › btc-games Play Online 상주 출장샵 Slots For Real Money. Online slots is 당진 출장샵 one of the 포천 출장샵 most exciting casino games online, in fact. You 포천 출장샵 can play with your family, friends or anyone in

    BalasHapus