Kasih Yang Tercapai
Oleh :@oskar Tage
Oleh :@oskar Tage
Namaku Renata, Renata Citra Gunawan. Kegiatan
sehari-hariku adalah menulis, menulis, dan menulis. Menulis adalah hobiku dan
sudah banyak novel yang telah jadi namun ketika novel-novel tersebut ku kirim
ke penerbit, entah mengapa penerbit selalu menolak hasil tulisanku. Namun
penolakan yang terus ku terima tidak membuatku berhenti dalam menulis sebuah
novel, ini semua karena cita-citaku menjadi seorang penulis sangatlah kuat dan
termotivasi pula oleh sosok idolaku yakni Panji Wjijaya. Novel yang kali ini ku
tulis berjudul Kasih Yang Tercapai ,
novel ini berkisahkan tentang aku dan Ryan. Ryan adalah sosok laki-laki yang
idamanku, ia tak kalah tampat dengan penulis Panji Wijaya. Ketika novel yang
kali ini ku tulis telah selesai aku ingin orang yang pertama mebaca novel ini
adalah Ryan.
Pagi yang cerah, suasana yang sejuk dan kicauan
burung yang merdu membuat tidurku yang nyenyak terbangun dan menjadi lebih
semangat dalam menjalani hari ini. Naskah pun selesai dan aku ingin menyerahkan
naskah novel ini kepada Ryan agar ia menjadi pembaca novel ku yang pertama.
Kami janjian di sebuah taman untuk bertemu dan membaca naskahnya. Dalam
perjalanan jantungku terasa bergetar begitu kencang, aku selalu membayangkan
bagaimana ketika nanti Ryan. “Ryan,, semoga kamu akan suka dengan novel ini dan
mengerti apa maksud novel yang ku buat ini untuk kamu. Kalau kamu sudah
mengerti, kamu akan jadi pacar aku deh” bayangku dalam dan berkata dalam hati
ketika berada di angkutan umum. Sesampainya di taman aku telah melihat sosok
Ryan yang sedang menungguku di bangku tepat di bawah pohon. Aku pun langsung
menghampiri Ryan yang berada disana. Namun ketika ku ingin menghampiri Ryan,
tiba-tiba datang sesosok wanita datang menghampiri Ryan dan memeluk Ryan.
Lantas aku terkejut melihat pemandangan yang seperti itu, pemandangan yang jauh
dari apa yang ku bayangkan, sontak aku menangis melihat kejadian itu. Aku pun
segera pergi dari tempat itu dan mencoba menghilangkan semua bayangan yang ada
dibenakku tentang Ryan. Aku kecewa dan sedih melihat kejadian tadi sontak ku
lemparkan semua naskah yang ku bawa untuk Ryan.
Sesampainya dirumah pada malam hari aku pun terus
menangis dan terus mencoba menghilangkan bayangan tentang kejadian tadi.
Beberapa saat kemudian terdengar suara ketukan dari pintu kamarku “Ren, boleh
kakak masuk..?” Tanya Rini, kakakku. Namun aku tak menjawab pertanyaannya,
kakakku langsung masuk dan menanyakan apa yang sedang terjadi kepadaku “kamu
kenapa Ren? Apa yang sedang terjadi kepadamu?” aku pun tak mau menceritakan
semua kejadian yang terjadi terhadapku. Mungkin karena ku tak menjawab
pertanyaannya, ia sadar bahwa aku sedang tak ingin diganggu siapa pun dan ingin
menyendiri.
Keesokan harinya Rini memberitahukanku tentang sebuah
lowongan di suatu perusahaan penerbitan yaitu Era Com sebagai editor. Sontak
aku pun menolaknya karena editor merupakan pekerjaan yang sangat mudah bagi
orang sepertiku, sementara keinginanku adalah menjadi seorang penulis.
“apa-apaan
kak, masa aku jadi editor sih, aku kan maunya jadi penulis bukan editor” kataku
kepada Rini.
“iya
kakak tahu kamu ingin jadi penulis, tapi apa salahnya kalu jadi editor?” jawan
Rini
“gak
kak, editor sama penulis itu beda, pokoknya aku gak mau” sahut Rena.
Beberapa hari kemudian
saat pagi hari yang dingin ditambah hembusan angin yang menggetarkan jiwa,
tiba-tiba datang Rini kakakku dan berkata,
“hey Ren, nih ada surat dari penerbit, baca nih udah
2 hari ada di kotak surat bukannya diambil”
“hahh, penerbit? Aku kan gak ngirim naskah ke
penerbit kak?” jawabku dengan heran
“Udah baca aja, nih” pintanya sambil menyerahkan
sepucuk surat kepadaku
Ternyata isi dalam surat
itu adalah surat penerimaan kerjaku sebagai editor di Era Com.
“apa kak? Aku diterima sebagai editor, kok bisa? Aku
kan gak kirim lamaran” tanyaku penuh kebingungan.
“iya itu aku yang kirimkan lamaran untukmu ke
penerbit Era Com, habisnya kamu nolak terus sih, kalo gak kaya gini kapan kamu
akan mau kerja Ren? Ya sudah pokoknya besok kamu datang ke kantor itu ok.”
Jawabnya
“tapi kan kak aku gak mau jadi seorang editor” kataku
dengan penuh kesal
Keesokan
harinya, aku pun harus bangun lebih pagi untuk segera berangkat ke kantor guna
memenuhi wawancara kerja tersebut. Ketika dalam perjalanan dan ingin menyebrang
jalan aku hampir ditabrak sebuah mobil sontak aku menjerit
“hehh
kalau naik mobil yang bener dong? Bisa gak sih nyetir yang bener?” teriakku
dengan penuh emosi. Namun aku terkejut ketika melihat orang yang ada di dalam
mobil tersebut. Dia ternyata adalah Panji Wijaya seorang penulis idolaku.
Lantas aku tersenyu dibuatnya.
Sesampainya
di kantor itu, aku pun langsung duduk menunggu panggilan untuk wawancara. Namun
ketika aku duduk di ruang tunggu, tiba-tiba orang-orang di sekitarku
mentertawakan penampilanku, entah mengapa mereka semua tertawa. Mungkin ada
yang aneh dengan baju yang ku kenakan karena saat itu aku datang ke kantor
dengan berpakaian yang cukup santai dengan kaos ditambah kemeja dikeluarkan dan
memakai celana jeans.
Datanglah
seorang wanita dan memanggil namaku
“Renata
Citra Gunawan, silahkan masuk”
“iya
saya” jawabku sambil menunjuk jari dan mengikuti langkah wanita itu ke dalam
sebuah ruangan.
Dan apa yang terjadi,
ternyata orang yang mewawancaraiku adalah Panji Wijaya, seorang penulis
terkenal yang ku idolakan selama ini. Aku pun langsung duduk setalh ia
memintaku.
“nama anda Renata Citra Gunawan?” Tanya sang bos
sekaligus sang penulis idolanya
“iya pak nama saya Renata Citra Gunawan, Citra adalah nama
ibu saya, Gunawan adalah nama almarhum ayah saya, dan Renata sendiri adalah nama
saya pak” jawabku dengan ceria
“iya cukup, lalu apa saja pengalaman anda” Tanyanya lagi
dengan serius
“hmm pengalaman ya… saya sudah banyak menulis novel pak dan
teman-teman saya juga banyak yang menyukai tulisan saya pak” jawabku
“baik kalau begitu, mulai besok anda bekerja disini dan
datang lebih pagi kaena anda saya terima” pintanya dengan senang hati.
“terima kasih banyak pak” kataku dan kemudian berpamitan
keluar ruangan.
Mendapat penerimaan
kerja seperti ini membuat ku cukup gembira karena tidak lagi harus meminta uang
kepada kakakku Rini. Dalam perjalanan pulang aku terus tersenyum gembira karena
dapat diterima walaupun hanya sebagai editor.
“Mamah… mahhh… aku diterima kerja di perusahaan Era
Com mah” teriakku dengan penuh semangat ketika sampai dirumah.
“tuh kan pasti kamu diterima kerja disana, semangat
yaa” kata ka Rini sambil tersenyum
“iya kak makasih ya walaupun
hanya sebagai editor” jawabku
“sudah kamu jalani saja dulu” kata mamah memberi
semangat.
Aku pun bingung besok
mulai bekerja harus mengenakan apa, sementara aku tak punya pakaian kantoran,
aku tak mau orang-orang mentertawakanku seperti tadi lagi. Aku pun meminjam
baju dan sepatu kak Rini.
“Kringggggg… kriiiingg…”
suara alarm berbunyi nyaring bertanda sudah pagi
Aku pun terbangun dan memulai aktifitas yang
baru ini, aku memakai pakaian yang ku pinjam dari kak Rini. Aku tidak terbiasa
memakai pakaian dress seperti ini dengan sepatu hak tinggi karena ini bukanlah
cirri-ciriku. Dengan sangat terpaksa dan sangat susah dalam berjalan aku terus
mencoba untuk berangkat ke kantor. Sesampainya di kantor aku berpapasan dengan
Pak Panji, dia melihatku yang sedang terpeletot dengan sepatu hak tinggi ang ku
pakai ini.
“gak
nyaman kan?” sahut Mas Panji
“hmmm
iya mas” jawabku
“besok-besok
kalau gak nyaman gak usah dipakai, besok pakai jeans seperti biasa saja ya”
pinta mas Panji dengan tersenyum.
“baik mas, kalau begitu”
Saat makan siang aku tak
sengaja mendengarkan pembicaraan Mas Panji dengan salah seorang wanita yang aku
sendiri tidak tahu itu siapa.
“aku dengar kamu merekrut
pegawai baru, benar?” Tanya sang wanita
“iya benar, aku merekrut seorang editor namanya
Renata Citra Gunawan” jawab Mas Panji
“oh sampai hapal banget namanya,
istimewa banget ya” kata wanita itu
“gak, bukannya gitu sin, abisnya dia tuh orangnya unik dan
aneh, cocok dengan criteria editor yang sedang aku cari untuk mengedit drama
komedy” jawab Mas Panji berusaha menjelaskan
“gitu ya, semoga saja drama komedynya gak berubah jadi drama
romantic” sahut wanita itu dan langsung meninggalkan Mas Panji.
“sin, maksud kamu apa sin..?” Tanya Mas
Panji
Belum pertanyaan itu
terjawab, sang wanita segera pergi dari tempat itu.
Keesokan harinya ketika
aku sampai di kantor dengan terburu-buru, aku tak sengaja menabrak seorang
wanita dan kemudian ia memarahiku.
“hati-hati dong kalo jalan,
punya mata kan?” katanya dengan ketus
“yee kamu tuh yang gak punya mata nabrak orang malah
marah-marah” jawabku
membela diri
“kamu gak tahu siapa saya? Tanya
wanita itu
“tahu, kamu pasti orang baru yang mau melamar kerja
disini kan?” jawabku meledek
“inget ya, aku Sinta, pemilik saham terbesar disini dan saya
adalah bos anda, jangan macem-macem terhadap saya, ok!” jelasnya dengan sangat
kesal
“mmm… maaf mba, maaf”, pintaku dengan hati deg-degan.
Setelah kejaidan itu aku
pun langsung pergi kedalam kantor dan kembali mengerjakan tugasku sebagai
editor. Namun beberapa saat kemudian tiba-tiba teman-teman pegawai menyerahkan
begitu banyak naskah untuk segera diedit dan semua pekerjaan tersebut harus
segera diselesaikan paling lambat 2 hari lagi. Aku pun pusing dibuatnya, begitu
banyak naskah yang harus diselesaikan, belum lagi ada naskah yang harus
diselesaikan esok hari, ini membuatku stress. Tetapi dengan tekad yang kuat aku
harus mengerjakan pekerjaan ini dengan serius dan ikhlas. Hingga larut malam
aku terus bekerja dan tanpa disengaja aku tertidur di meja kerjaku.
“Ren, rena… bangun ren….” Sahut Mas
Panji yang melihat ku tertidur
“hhhh,, iya Mas, maaf saya ketiduran” jawabku dengan
mata yang masih mengantuk
“pulang sana Ren sudah malam, pekerjaanmu boleh
dibawa pulang koq.” Kata Mas Panji
“hhmmm baik Mas kalau begitu” jawabku kembali sambil
membereskan semua pekerjaanku
“saya duluan ya Ren” kata Mas Panji
“iya mas” jawabku dengan senyum.
Melihat jam menunjukkan pukul setengah 12, aku pun
segera berjalan pulang, aku berjalan sambil menunggu datangnya sebuah ankutan
umum yang biasa ku tumpangi, namun sejauh aku berjalan, tak ada satu pun
angkutan yang lewat. Di malam yang larut dan sepi sunyi sepeti ini, tentunya
sebagai seorang wanita aku pun merasa takut berjalan sendirian. Tiba-tiba
lewatlah sebuah mobil dan berhenti di depanku, aku tidak mengetahui siapa yang
ada di dalam sana.
Pembaca yang baik, tahukah kalian
siapa orang yang berada di dalam mobil dan berhenti di depan Rena tersebut,
apakah yang akan terjadi dengan Rena? Dan apakah dia akan baik-baik saja,
tunggu kelanjutannya dalam Part 2 ok.
Play Online Slots For Real Money - Dr.CMD
BalasHapus› 태백 출장마사지 btc-games › btc-games Play Online 상주 출장샵 Slots For Real Money. Online slots is 당진 출장샵 one of the 포천 출장샵 most exciting casino games online, in fact. You 포천 출장샵 can play with your family, friends or anyone in